TANJUNG REDEB, HARIAN UTAMA – Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DLHK) Berau, Mustakim yang dikonfirmasi pada Minggu (4/12/2022) angkat bicara mengenai permasalahan sampah di bibir Pantai Pulau Maratua. Menurutnya, pihaknya sudah pernah melakukan sosialisasi dengan pihak kecamatan beberapa waktu lalu.
Bahkan, diakuinya pihaknya turun langsung ke Maratua, untuk melakukan kerja bakti bersama masyarakat Maratua, guna mengatasi permasalahan sampah kiriman tersebut. Dijelaskan Mustakim, memang sampah tersebut didominasi oleh sampah plastik, dedaunan maupun sampah kayu.
“Sudah (sosialisasi, red), kami sudah paparkan juga ke masyarakat, agar sampah tidak dibuang ke laut,” bebernya.
Dikatakan Mustakim, sampah Maratua, berasa dari sampah domestik, sampah kapal, sampah wisatawan, maupun sampah kiriman. Kondisi ini diperparah dengan hembusan angin dan ombak yang mengarah ke bibir pantai. Masyarakat maupun wisatawan juga diminta kesadaran dirinya, agar tidak membuang sampah apapun ke laut. Terlebih sampah plastik, karena butuh waktu ratusan bahkan ribuan tahun untuk mengurainya.
“Ditemukan banyak sampah botol plastik, itu butuh waktu lama mengurainya,” katanya.
Dijelaskannya, memang hingga kini belum ada petugas DLHK di Maratua, namun tidak menutup kemungkinan, akan ditambahkan personil untuk ditempatkan di salah satu pulau terluar di Indonesia tersebut.
“Antisipasi juga menjelang natal dan tahun baru. Jangan sampai sampah terus memuncak,” bebernya.
Sebelumnya diberitakan, ejumlah besar bibir pantai yang berada di Kampung Teluk Harapan, Kecamatan Maratua tertutup timbunan sampah kiriman yang terbawa arus laut.
Camat Maratua, Ariyanto yang dikonfirmasi pada Jumat (2/12/2022) mengatakan, sampah yang saat ini berada di bibir pantai Teluk Harapan diakuinya memang sampah yang terbawa oleh arus dan entah darimana asalnya. Dirinya menyebut kejadian serupa memang kerap kali terulang setiap bulan atau dua bulan sekali.
“Mayoritas sampah merupakan jenis tumbuh-tumbuhan atau alga dari laut, namun tercampur dengan sampah botol atau plastik yang dibuang oleh manusia,” jelasnya.
Dirinya menilai, keberadaan sampah kiriman sangat mengganggu keindahan pantai Maratua yang berdampak kepada turunnya minat wisatawan untuk kembali berkunjung ke Maratua. Meski pada saat bersamaan pemerintah Kecamatan Maratua sedang giat melakukan pembersihan di seluruh garis pantai yang ada.
“Jelas mengganggu pariwisata, padahal pasir pantai sudah mulai bagus Cuma masalah sampah kiriman ini,” ucapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pihaknya tidak bisa melakukan pembersihan sampah dengan cara menarik kembali ke laut, sebab apabila arus laut kembali berubah maka sampah kiriman tersebut akan kembali lagi ke bibir pantai. Sementara untuk menaikkan sampah daratan juga tidak mungkin dilakukan, karena volume sampah yang cukup besar maka dibutuhkan alat khusus berupa perahu jaring untuk mengambil sampah dari permukaan air.
“Sampah ini rutin datang memenuhi pantai mengikuti arus laut, tapi kali ini sampah yang tiba jumlahnya cukup banyak,” tuturnya.
Dirinya berharap agar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dapat membantu pihaknya dalam menangani persoalan sampah kiriman tersebut, mengingat Pulau Maratua adalah salah satu objek wisata unggulan Berau yang mengandalkan keindahan lautnya untuk menarik minat wisatawan berkunjung.
“Sudah kita suarakan, tapi memang belum ada gerakan,” tegasnya.
Ia menambahkan, kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan pantai diakuinya sudah mulai bertumbuh. Perlahan dirinya bersama masyarakat membersihkan bibir pantai dari batang pohon maupun sampah yang mengganggu.
“Jangan sampai karena keberadaan sampah kiriman ini muncul spekulasi masyarakat tidak peduli dengan kebersihan pantai, padahal kita sudah secara swadaya menjaga pantai,” pungkasnya. (PiN)