GUNUNG TABUR, HARIAN UTAMA- Dalam rangka Memperingati Hari Jadi Kabupaten Berau ke-69 Kabupaten Berau dan Kota Tanjung Redeb ke 212, Pemerintah Kabupaten Berau melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Kecamatan Gunung Tabur bersama dengan Kesultanan Gunung Tabur menggelar prosesi Baturunan Parau (menurunkan perahu), minggu (18/09/2022) di halaman Museum Kesultanan Gunung Tabur.
Kegiatan yang menjadi bagian dalam adat dan istiadat ini merupakan simbol untuk mempererat tali kebersamaan masyarakat di Bumi Batiwakkal. Sebelum perahu diturunkan, akan diadakan upacara terlebih dahulu oleh sesepuh adat dengan diberikan tepung serta dibacakan doa.
Setelah prosesi adat selesai dilakukan, perahu yang beratnya sekitar 300 kilogram tersebut diangkat beramai-ramai dalam satu komando dan kemudian akan diturunkan ke Sungai Segah.
Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas menuturkan, Baturunan Parau merupakan sebuah tradisi yang senantiasa di lakukan setiap tahun, akan tetapi selama 3 tahun baru kali ini bisa di laksanakan kembali setelah pandemi covid 19 sudah mulai melandai. “Makna dari Baturunan Parau, Baturunan dalam bahasa banua itu artinya kita menurunkan perahu itu bersama-sama tidak sendiri, yang ketika dimaknai dalam sebuah maksud Baturunan itu adalah sebagai sebuah simbol yang artinya adalah kita bergotong-royong bersama-sama, saling tolong-menolong tanpa diminta pertolongan kita sudah ringan tangan untuk menolong itulah makna dari baturunan,” Ungkapnya.
Dikatakannya, begitupun juga dalam kehidupan ke pemerintahan harus bersama- sama bergotong-royong untuk membangun kampung, kecamatan, kabupaten.”Bersama-sama menghidupkan semua itu yang merupakan kewajiban kita semua sebagai pelayan untuk masyarakat itulah yang dimaknai dari Baturunan,” Tandasnya.
Hal senada juga disampaikan, Camat Gunung Tabur, Mardiatul Idalisah, ia mengatakan Baturunan Parau ini adalah ritual yang biasa dilakukan di Kecamatan Gunung Tabur, Baturunan itu memiliki arti bergotong-royong.
“Baturunan menurunkan perahu artinya kami secara bergotong royong menurunkan perahu itu kemudian menaikinya bersama sama. Dalam artian bermunajat didalam hati dan berikhtiar bahwa kami akan bersama-sama menuju cita-cita secara bersama untuk Baturunan Perahu itu,” ungkap Mardiatul Idalisah.
“Alhamdulillah hari ini pelaksanaannya berjalan lancar, dan kesan saya memang luar biasa dan tepat waktu dilaksanakan dengan hadirnya bupati Berau bersama seluruh rombongan itu dalam waktu yang tepat,” kata dia.
Dirinya berharap kedepan acara ini akan lebih meriah lagi dan tidak dihilangkan satupun.”Walaupun ini sudah tidak dilaksanakan untuk perlombaan perahu biasa, tetapi secara adat budaya kami tetap ingin melaksanakannya.
Kalau bisa pada saat menurunkan perahu itu malam hari sebenarnya, jadi pada saat ritual perahu itu pada malam hari dilaksanakan dengan adanya musik musik gendang gong dan biasanya kalau jaman dahulu itu seperti mengambil kekuatan dan disitulah kita memohon keselamatan kemudian pada pagi harinya bersama sama lagi untuk menurunkan perahu,” Pungkas nya (Rizal/ADV).