TANJUNG REDEB,HARIAN UTAMA – Bupati Berau, Sri Juniarsih beberapa waktu lalu secara resmi menentukan lokasi pembangunan rumah sakit baru di eks Inhutani, Jalan Prapatan, Tanjung Redeb.
Ketua DPRD Berau, Madri Pani yang dikonfirmasi pada Jumat (30/12/22) menuturkan, sesuai dengan Memorandum of Understanding (MoU) dengan nomor 134 pada 22 November 2022 lalu, tentang Pelaksanaan Kegiatan Tahun Jamak Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berau dengan anggaran sebesar Rp 300 miliar, dengan sistem Multi Years Contract (MYC).
Dijelaskan Madri Pani, dengan review desain mencapai Rp 880 miliar, itu tentu tidak masuk akal. Bahkan bisa membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Berau ke depannya, sehingga mengabaikan sektor lain yang prioritas. Seperti Jembatan Kelay III, maupun sektor ketahanan pangan, dan pendidikan.
“Dalam pembahasan anggaran tidak sampai segitu. Dalam MoU hanya Rp 300 miliar,” tegasnya.
Madri Pani juga mempertanyakan mengenai masuknya wacana pembangunan homestay atau rumah singgah yang akan dibangun oleh Pemkab Berau.
“Urgensinya apa pembangunan homestay, sedangkan urgensinya tidak ada,” jelasnya.
Disebutkan Madri Pani, lebih baik memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk berusaha di area pembangunan rumah sakit tersebut.
“Pembangunan rumah sakit memang janji bupati. Tapi harus diperhatikan juga untuk sumber daya manusia (SDM) nya,” bebernya.
Dijelaskan politikus NasDem tersebut, dengan dibangunnya fasilitas rumah sakit yang mewah, alat kesehatan memadai, namun SDM nya tidak diperhatikan. Dipastikan alat kesehatan yang ada akan mangkrak.
“Perhatikan juga SDM, jangan terlalu euforia pembangunan,” katanya.
Pembina Apdesi Berau itu mengatakan, terkait dengan usulan DPRD Berau mengenai pembangunan Jembatan Kelay III, juga harus diperhatikan. Mengingat ini merupakan hajat orang banyak. Selain itu, adanya Jembatan Kelay III ia yakini bisa menjadi penopang perekonomian, pendidikan maupun kesehatan bagi masyarakat, jika Jembatan Sambaliung mengalami kerusakan.
“Memang pembangunan rumah sakit skala B, sudah menjadi impian masyarakat. Tapi apakah Berau sudah siap SDM nya,” jelasnya.
Diungkapkan Madri Pani, dirinya banyak mendapat masukan dari tokoh masyarakat mengenai Jembatan Kelay III tersebut. Dan masyarakat juga banyak bertanya mengapa anggaran rumah sakit mencapai angka Rp 880 miliar. Sedangkan Jembatan Kelay III juga sudah lama diwacanakan, bahkan sudah diketuk, tapi belum terealisasi.
“Sudah menjadi kesepakatan antara tim banggar dan TAPD yang ada,” katanya.
Madri mengatakan, apa yang menjadi masukan masyarakat tentu dirinya akan suarakan. Diakuinya, amanah yang ia emban merupakan amanah dari masyarakat.
“Saya menyampaikan amanat dari masyarakat. Saya duduk di DPRD juga berkat masyarakat. Saya menyadari ini suara masyarakat yang harus disuarakan,” pungkasnya. (FeryBahagia)