Mahasiswa Magister Manajemen UMKT Kunjungi PT Multi Harapan Utama dan Pabrik Beras Cap Tugu di Desa Loh Sumber
 

HarianUtama.com Kaltim — Sebagai bagian dari program studi lapangan, rombongan mahasiswa Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) mengadakan kunjungan ke PT Multi Harapan Utama (MHU) serta pabrik beras milik Badan Usaha Milik Desa (Bumdesa) Sumber Purnama di Desa Loh Sumber, Kutai Kartanegara.

Kegiatan yang berlangsung pada Rabu, 28 Mei 2025, mulai pukul 09.00 WITA hingga selesai ini mengusung tema “Kunjungan Mahasiswa Magister Manajemen UMKT ke Office MHU dan Beras Cap Tugu Desa Loh Sumber.”

Kunjungan ini bertujuan untuk memberikan wawasan praktis kepada mahasiswa terkait praktik manajemen lapangan, produksi pertanian, serta sinergi antara dunia akademik, perusahaan, dan pemerintah desa.

Rangkaian kegiatan diawali dengan kunjungan ke pabrik beras Cap Tugu yang dikelola oleh Bumdesa Sumber Purnama. Para mahasiswa disambut langsung oleh Direktur Bumdesa Darmaji, yang juga bertindak sebagai pemandu dalam tur ke area produksi.

Dalam sesi tersebut, mahasiswa diperlihatkan proses lengkap pengolahan padi menjadi beras, Mereka menyaksikan langsung bagaimana mesin-mesin modern mengolah padi, mulai dari tahap pengeringan, penggilingan, hingga pemolesan akhir sebelum beras dikemas dan dipasarkan.

Ia juga menjelaskan mengenai bahan-bahan penunjang serta teknik pengelolaan pascapanen yang digunakan untuk menjaga kualitas beras.

Kegiatan dilanjutkan dengan sesi wawancara bersama Muslimin Gunawan, salah satu Head departemen Eksternal PT.MHU Coal. Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan bahwa secara perencanaan, Bumdesa sudah berada dalam tahap kemandirian, namun dari sisi anggaran masih sangat bergantung pada subsidi pemerintah.

“Harga beli gabah dari petani berada di kisaran Rp80.000, sedangkan beras dijual ke masyarakat sekitar hanya Rp65.000. Selisih harga ini disubsidi langsung oleh Bupati Kukar. Secara keuangan memang belum ideal, karena keuntungan hanya diperoleh dari hasil sampingan seperti sekam, menir, dan dedak. Namun manfaat sosialnya bagi masyarakat sangat luar biasa,” ujar Muslim.

Kegiatan ini semakin bermakna dengan penjelasan dari Kepala Desa Loh Sumber Sukirno, yang menceritakan filosofi di balik nama “Cap Tugu” pada produk beras mereka.

Nama ini dipilih untuk mengenang perjuangan para pahlawan lokal dalam melawan penjajah Jepang pada tahun 1946. Melalui konsumsi beras Cap Tugu, masyarakat diajak untuk terus mengingat dan mendoakan para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan.

“Beras ini bukan hanya produk, tapi juga simbol perjuangan. Kami ingin anak cucu kami selalu mengingat sejarah dan menghargai jasa para pahlawan,” tuturnya.

Ia juga mengungkapkan harapan agar program Bumdesa dapat menjadi wadah kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan dunia akademik, khususnya UMKT, dalam pengembangan pertanian dan pemberdayaan masyarakat desa.

Dosen UMKT Fenty Fauziah, yang turut hadir dalam kegiatan ini, menyampaikan apresiasi atas keterbukaan Desa Loh Sumber dalam menjalin sinergi. Ia menyatakan bahwa kolaborasi antara UMKT dan Desa Loh Sumber sangat mungkin dilakukan, terutama dalam hal manajemen lingkungan.

“Konsep lingkungan itu tidak hanya tentang ekosistem alam, tetapi juga menyangkut lingkungan sosial masyarakat. Kami ingin mendampingi dari sisi akademik agar program desa ini lebih terarah dan berkelanjutan,” jelas Fenty.

Dua perwakilan mahasiswa turut menyampaikan kesan dan pesan mereka setelah mengikuti kegiatan ini. Fauzan, salah satu mahasiswa Magister Manajemen UMKT, mengaku sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan.

“Biasanya kami hanya melihat beras sudah siap dimasak di rumah. Ternyata proses di baliknya begitu panjang dan penuh perjuangan. Kami jadi lebih menghargai proses produksi dan peran penting Bumdesa yang manfaatnya begitu besar meskipun tidak berorientasi pada keuntungan semata,” ungkap Fauzan.

Sementara itu Elisa, menyatakan kekagumannya terhadap teknologi yang digunakan dalam proses produksi.
“Saya sangat takjub melihat mesin-mesin yang sudah otomatis. Ini membuktikan bahwa desa juga bisa maju dan modern. Harapan saya, perawatan dan pemeliharaan mesin ini tetap dijaga agar produksi tetap optimal,” ujar Elisa. (*/A)