Sangatta – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Timur (Kutim) menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Manajemen Tanggap Darurat Bencana (MTDB) dan simulasi bencana untuk para guru di Kabupaten Kutai Timur. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar para guru dapat menjadi Training Of Trainer (TOT) dalam penanganan bencana di satuan pendidikan.
Sebanyak 154 peserta, yang terdiri dari 59 Sekolah Dasar dan 18 Sekolah Menengah Pertama dari Kecamatan Sangatta Utara, Sangatta Selatan, Bengalon, Rantau Pulung, dan Teluk Pandan, ikut serta dalam bimtek tersebut yang dilaksanakan di Gedung Serba Guna pada hari Rabu (14/6/2023).
Wakil Bupati Kutim, Kasmidi Bulang, dalam penutupan acara bimtek manajemen tanggap darurat bencana untuk para tenaga pendidik, menyampaikan pentingnya kegiatan bimtek dan pelatihan terkait bencana, termasuk antisipasi, penanggulangan, dan pemulihan pasca bencana.
“Bencana terjadi karena faktor alam, seperti pergeseran tanah, gempa bumi, letusan gunung, dan sebagainya. Namun, ada juga bencana yang disebabkan oleh ulah manusia, seperti penebangan liar dan pembuangan sampah sembarangan,” ujarnya.
Dengan memberikan pengetahuan tentang bencana kepada para tenaga pendidik, Wakil Bupati Kasmidi berharap sekolah-sekolah dapat meminimalkan jumlah korban jiwa dan mendukung upaya pemerintah dalam penanganan bencana.
“Saya berharap agar para tenaga pendidik tidak hanya menjadi petugas bencana, tetapi juga dapat sigap dalam menghadapi bencana-bencana di sekitar kita. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat berkelanjutan untuk terus mengedukasi masyarakat mengenai bencana,” tambah Kasmidi.
Pada bimtek ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutim menghadirkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim dan Palang Merah Indonesia (PMI) Kutim sebagai narasumber dan untuk melaksanakan simulasi bencana. Selain kegiatan bimtek, juga dilakukan penyerahan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) kepada sekolah dan penandatanganan MoU antara Disdikbud dan PMI.
Kepala Markas PMI Kutim, Wilhelmus Wio Doi, berharap para peserta dapat memberikan edukasi tentang tanggap darurat bencana kepada anak didik mereka.
“Setelah kembali ke sekolah, para guru dapat memberikan edukasi kepada anak didik mengenai langkah-langkah yang harus diambil saat terjadi bencana, seperti banjir. Mereka bisa memberitahu cara menghindar dan tindakan yang harus dilakukan,” katanya.
Wilhelmus juga mengharapkan adanya peningkatan kerja sama antara Disdikbud Kutim dan PMI dalam kegiatan pelatihan. Menurutnya, penting untuk membentuk unit Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah-sekolah, dan hal ini menjadi tanggung jawab bersama.(hu02)