TANJUNG REDEB, HARIAN UTAMA- Pemkab Berau beserta unsur Forkopimda mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) terkait Pengendalian Inflasi Daerah secara virtual dari Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP) Kemendagri, Jakarta, Selasa (4/4/2023). Di Ruang Telecoference Diskominfo Berau.
Rakor tersebut dihadiri oleh para kepala daerah dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) seluruh kabupaten/kota se-indonesia.
Ditemui usai mengikuti Rakor, Pj Setda Berau mengatakan, secara nasional ada 2 komoditi yang menjadi perhatian. Untuk komoditi pertanian itu seperti cabe rawit dengan bawang merah. Kemudian komoditi lain itu rata-rata inflasi nya didominasi oleh harga tiket dengan bahan bakar.
“Nah yang aneh ini bahan bakar, mestinya pemerintah juga mengevaluasi bahan bakar ini, kan kita kan sudah ada kebijakan yakni satu harga artinya mestinya tidak ada kenaikan. Tapi ternyata berdasarkan data ini terjadi kenaikan Artinya apa, ya seperti yang terjadi realita di lapangan bagaimana orang mengetab, menjual dan segala macam, itu yang masih tidak bisa kita kontrol sepenuhnya,” ujar Agus Wahyudi.
Diakuinya, bahwa Kabupaten Berau masih berada posisi inflasi yang biasa-biasa saja. Bukan tergolong dan masuk dalam kategori daerah yang masuk inflasi tinggi.
“Alhamdulillah inflasi kita masih aman-aman saja, karena Total Penerimaan Daerah (TPD) kita juga aktif. Kemudian kita aktif juga meng-upload ke sistem tepian di provinsi. Ada 2 admin kita di Diskoperindag dan di bagian ekonomi yang aktif melaporkan perkembangan harga. Nah kebetulan tahun ini juga aman-aman saja,” terangnya.
Lanjutnya, jika berbicara tentang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maka akan ada sektor-sektor yang dominan.
“Bisa juga kita upayakan di sektor pertanian, tapi kita lihat dulu distribusinya di PDRB itu berapa persen. Untuk sektor pertanian itu masih sekitar 10%.justu dari sektor batu bara masih mendominasi dengan angka 59%,” Ungkapnya.
“Artinya, apapun upaya yang kita lakukan baik buruknya itu ditentukan dari sektor batu bara ini. Mau dia terjun bebas atau mau naik signifikan batu bara itu. Makanya kebijakan kita ini jangka panjang, kita mau ekonomi kita tidak hanya bertumpu pada batu bara kita perlu tumbuhkan sektor yang lain misalnya wisata dan segala macam dan itu memerlukan waktu,” sambungnya.
Agus Wahyudi meyakini dominasi sektor batu bara ini masih mendominasi 5 sampai 10 tahun ke depan.
“Hanya saja jika kita mau menurunkan misalnya PDRBnya menjadi 40 persen itu berarti akan terjadi pertumbuhan di sektor lain,” pungkas Agus Wahyudi.
Diketahui berdasarkan data BPS, pada triwulan satu ini inflasi secara nasional mengalami penurunan dari 5,47 menjadi 4,97. Sementara proyeksi IMF secara global inflasi turun dari 8,8 persen menjadi 6,6 persen di 2023 dan 4,2 persen di 2024 untuk negara maju, kemudian di negara berkembang turun dari 9,9 persen menjadi 8,1 persen di 2023 dan 5,5 persen di 2024. saat ini sebanyak 65 kota mengalami inflasi dan 25 kota alami deflasi. Inflasi ini disebabkan oleh tarif angkutan udara, beras dan cabai rawit. (*/Rizal/adv).