MUARA WAHAU – Pesta Adat Budaya Masyarakat Dayak Wehea, Kecamatan Muara Wahau di Kutai Timur, Lom Plai telah masuk dalam Karisma Event Nasional (KEN). Pesta adat dan budaya Lom Plai di Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau, Kutim ini digelar sejak awal Maret lalu dan puncaknya adalah Embob Jengeah. Selasa (2/5/2023)
Sebagai ungkapan rasa syukur dan sukcita atas panen padi yang baik tahun ini. Kegiatan ini rutin digelar setiap tahun sebagai penghormatan kepada dewi padi yang telah berkorban bagi masyarakat Dayak Wehea.
KEN, merupakan strategi kolaborasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)RI bersama Pemerintah Daerah dan seluruh stakeholder pariwisata untuk menaikkan citra pariwisata Indonesia dan penggerak kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
KEN merupakan kumpulan event berkualitas dari 34 provinsi di Indonesia. Tujuan diadakannya KEN sebagai sarana mempromosikan destinasi wisata di berbagai daerah melalui pagelaran festival yang menarik wisatawan untuk berkunjung.
Untuk masuk dalam daftar KEN ada lima aspek yang dinilai oleh Kemenparekraf RI diantaranya adalah ide atau gagasan (murni), potensi potensi pengembangan ekonomi kreatif, event management selanjutnya, seni pertunjukan dan budaya serta strategi komunikasi dan media partner.
Bupati Ardiansyah Sulaiman yang hadir pada puncak perayaan Lom Plai tersebut menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini menjadi pemicu bagi kegiatan budaya lainnya yang ada di Kutim guna mempromosikan potensi wisata di wilayahnya masing-masing.
Pesta adat dan budaya Lom Plai ini turut dihadiri Wakil Kasmidi Bulang, Ketua DPRD Kutim, Joni, Deputi Bidang Produksi dan Kegiatan Event Penyelenggaraan Kemenparekraf RI wilayah Kalimantan, Arum Damarintyas, serta beberapa pimpinan SKPD di lingkungan Pemkab Kutim.
“Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelenggaraan pesta adat dan budaya Lom Plai ini. Mari tiap daerah berlomba-lomba mempromosikan potensi wisatanya baik itu keindahan dan kekayaan hayati alamnya, budaya dan lainnya. Lom Plai menjadi barometer bagi desa desa lainnya untuk bisa masuk ke kalender nasional, “ujarnya.
Ardiansyah menambahkan bahwa kegiatan pesta adat budaya Lom Plai bisa menggairahkan sektor perekonomian terutama usaha mikro,kecil dan menengah (UMKM).
Sementara itu, Wakil Bupati Kasmidi Bulang yang juga pemerhati Lom Plai menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada semua pihak sehingga kegiatan ini sukses, baik dari segi penyelenggaraan maupun dampak ekonomi yang dihasilkan.
“Dengan hadirnya perwakilan dari Kemenparekraf RI di Lom Plai menunjukkan bahwa, ada adat istiadat atau budaya yang sudah ratusan tahun dan masih dipelihara kelestariannya. Kita sebagai bagian warga Kutim patut berbangga mampu menjaga dan merawat nilai nilai kearifan lokal hingga saat ini. Lom Plai adalah kekayaan yang harus dijaga kelestariannya,”ungkap Kasmidi.
Dalam disertasinya tentang Hudoq. Kasmidi menjelaskan bahwa Lom Plai adalah sebuah ritual sakral sebagai media ungkapan rasa syukur terima kasih atas pemeliharaan Yang Maha Kuasa khusus bagi warga Dayak Wehea atas panen padi dan penyertaan dalam kehidupan. “Tradisi ini sudah turun temurun dan kita patut menjaganya agar tetap lestari sampai ke generasi kita selanjutnya. Kita harus bangga memiliki kebudayaan seperti ini,” kata Kasmidi saat ditemui usai kegiatan Lom Plai berlangsung.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kutim, Nurullah mengatakan bahwa,apa yang kita nikmati sekarang ini merupakan bagian dari upaya pelestarian adat dan budaya. Diharapkan Lom Plai membawa dampak yang signifikan bagi pengembangan pariwisata di Kutim.
“Komitmen semua pihak, akademisi, pemerintah, masyarakat dan komunitas pemerhati adat dan budaya sangat diperlukan,agar potensi wisata yang dimiliki mampu lestari dan menjadi kebanggaan nasional, ” harapanya.(hu02)