Dampingi Pelatihan Budidaya Kakao di Bali, Joni Harap Jadi Motivasi Para Petani Kakao untuk Mengembangkan Usahanya di Kutim

Bali – Meskipun kelapa sawit masih mendominasi sektor pertanian di Kutai Timur, potensi besar pada komoditas kakao kini semakin menarik perhatian. Hal ini terlihat dari pelatihan budidaya kakao yang diikuti oleh kelompok tani dari Kutai Timur yang berlangsung di Hotel J4, Bali, pada Selasa (12/11/2024).

Anggota DPRD Kutim, Joni, yang turut mendampingi kelompok tani dalam pelatihan ini, menyoroti keunggulan Bali sebagai penghasil biji kakao fermentasi terbaik dunia sejak 2017. Ia berharap pelatihan ini dapat menjadi motivasi bagi petani kakao di Kutim.

“Bali menjadi barometer biji kakao fermentasi terbaik dunia. Dengan belajar langsung dari sumbernya, para petani Kutim akan mendapat wawasan baru yang bisa diaplikasikan di daerah mereka,” ungkap Joni.

Joni juga menekankan, bahwa keberadaan kakao juga bisa menjadi solusi untuk meningkatkan penghasilan keluarga petani.

“Sawit sudah ada, kakao kan bisa ditanam berdampingan dengan sawit. Bapaknya panen sawit, Ibunya panen kakao,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Penyuluhan Perkebunan Kabupaten Kutai Timur, Adiyanto, menjelaskan bahwa harga kakao kering di Kecamatan Karangan telah mencapai Rp100 ribu per kilogram, membuka peluang besar bagi petani di Kutim untuk meningkatkan pendapatan mereka.

“Potensi ini menjadi peluang besar bagi petani di Kutim untuk meningkatkan pendapatan mereka,” ujar Adiyanto.

Kecamatan Karangan tercatat sebagai wilayah penghasil kakao terbanyak di Kutim, khususnya di Desa Karangan Ilir dan Desa Mukti Lestari. Dari total 100 hektare lahan, kedua desa ini mampu menghasilkan 90 ton kakao setiap tahun.

Langkah ini merupakan bentuk nyata dukungan pemerintah kepada petani dalam diversifikasi komoditas pertanian, diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kutai Timur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *