banner 1024x768 banner 1024x768 banner 1024x768 banner 1024x768

Marak Terjadi Perundungan di Sekolah, Yan: Perlu Ada Perbaikan Sistem Pendidikan Saat Ini

Sangatta – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutai Timur (Kutim), Yan Ipui, menyoroti masalah perundungan di sekolah sebagai isu serius yang memerlukan perhatian dan penanganan yang bijaksana. Menurutnya, perundungan di lingkungan pendidikan tidak hanya merugikan korban tetapi juga mencerminkan kekurangan dalam sistem pendidikan yang ada saat ini.

Yan Ipui menekankan bahwa perundungan di sekolah sering kali terkait dengan sistem pendidikan yang kurang memadai dalam mengawasi dan menangani perilaku siswa.

“Kita tidak bisa menyalahkan satu pihak. Fenomena ini ada keterkaitan dengan sistem yang ada,” tuturnya.

Dia mengungkapkan kekhawatirannya terkait maraknya perundungan, bahkan ada kasus di Muara Wahau yang mengakibatkan korban harus dirawat di rumah sakit. “Bully ini makin marak, tidak perlu jauh-jauh, kemarin di Muara Wahau ada kejadian serupa. Korbannya dirawat di rumah sakit setelah dipukul oleh temannya sendiri,” jelas Yan Ipui.

Yan juga mengkritik sikap beberapa sekolah yang cenderung menutupi kejadian perundungan, alih-alih mengatasi masalah tersebut dengan serius.

“Banyak sekolah yang masih berusaha menutupi kejadian perundungan, dan ini merupakan salah satu kelemahan dalam sistem pendidikan kita. Seharusnya kita kompak dalam mendidik anak-anak untuk mencegah hal-hal seperti ini,” tambahnya.

Politisi dari Partai Gerindra ini menilai bahwa faktor lain yang turut mempengaruhi perilaku perundungan adalah metode mendidik yang dianggap terlalu lembek serta ketakutan akan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) jika guru bersikap keras. Selain itu, dia juga mencatat pengaruh negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan.

“Ini mungkin salah satu yang ikut mempengaruhi, bahwa pelanggaran HAM ketika guru itu mendidik, melatih anak-anak kita yang dianggap kasar atau dianggap melewati kebiasaan. Sehingga saya lihat kecenderungan anak-anak untuk anarkis ini tinggi. Mungkin ada juga faktor gadget yang dilihat,” tuturnya.

Selain perundungan fisik, Yan Ipui juga menyoroti perundungan verbal yang tak kalah merugikan.

“Perundungan tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga secara verbal dengan penggunaan bahasa kasar. Ini juga merupakan gejala yang harus kita atasi bersama,” tegasnya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Yan Ipui menyerukan perlunya tindakan kolektif dari seluruh pihak, termasuk pemerintah, sekolah, dan masyarakat.

“Kita harus bersama-sama mencari solusi untuk mengatasi perundungan di sekolah. Ini merupakan masalah serius yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan anak-anak saat bersekolah,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *